PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini istilah asesmen banyak digunakan dalam
kegiatan evaluasi, terutama setelah diberlakukannya kurikulum berbasis
kompetensi. Kurikulum ini memiliki karakteristik tertentu baik dalam
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun evaluasi
pembelajaran. Dengan diberlakukannya Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), membawa implikasi terhadap model pendekatan pembelajaran dan
teknik penilaian. Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian
internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak
lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran dan dilakukan oleh suatu
lembaga, dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian
internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada saat
proses belajar mengajar berlangsung untuk penjaminan mutu pembelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk memantau
proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.
Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat
menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.Dalam kegiatan evaluasi
pembelajaran, kurikulum ini tidak hanya mempersyaratkan penggunaan tes formal
seperti halnya yang baisa digunakan selama ini, melainkan juga evaluasi
alternative yang dinamakan dengan asesmen portofolio (autentik) maupun asesmen
kinerja (performance). Pemakalah ingin membahas bagaimana asesmen belajar
beserta prosedur penerapannya dengan baik dan benar.
B.
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian
asesmen ?
b. Bagaimana sejarah asesmen ?
c. Apa saja tujuan
asesmen ?
d. Bagaimana
prinsip-prinsip asesmen ?
e. Apa yang dimaksud
dengan asesmen autentik (asesmen kinerja)?
f. Apa yang dimaksud
dengan asesmen portofolio ?
C.
Tujuan
a. Menjelaskan konsep
asesmen dalam pembelajaran.
b. Menjelaskan sejarah asesmen.
c. Menjelaskan tujuan
asesmen.
d. Menjelaskan
prinsip-prinsip asesmen.
e. Menjelaskan konsep
asesmen kinerja beserta prosedur penerapannya.
f. Menjelaskan konsep
asesmen portofolio beserta prosedur penerapannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asesmen
merupakan proses mendokumentasi, melalui proses pengukuran, pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan keyakinan peserta didik. Dapat dinyatakan pula bahwa asesmen
merupakan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui,
dilakukan, dan dikerjakan oleh peserta didik. Berikut disajikan beberapa
pengertian asesmen yang disampaikan oleh pakar asesmen pembelajaran:
a. Khan, Hardas, dan Ma (2005)
menyatakan bahwa asesmen merupakan proses
mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan keyakinan.
b. NAEYC (1990) menyatakan bahwa
asesmen merupakan proses pengamatan, pencatatan dan
selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang
dikerjakan peserta didik dan cara-cara peserta didik mengerjakannya, untuk
dijadikan sebagai dasar dari berbagai pembuatan keputusan pendidikan yang
mempengaruhi anak.
c. Dodge dan Bickart (1994)
menyatakan bahwa asesmen merupakan proses memperoleh
informasi tentang anak untuk membuat keputusan
tentang pendidikannya.
d. Hills (1992) menyatakan bahwa
asesmen terdiri atas tahap pengumpulan data tentang
perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan
kebermaknaan tujuan program, memadukan informasi kedalam perencanaan program,
dan mengkomunikasikan temuan kepada orang tua dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Dari
keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa assasmen merupakan
Metode
dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen amndiri oleh pesertadidik, tugas
praktek harian, contoh hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala
penilaian, proyek, laporan tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio.
Kinerja peserta didik dinilai dari informasi yang dikumpulkan melalui kegiatan
asesmen, pendidik menggunakan pemahamannya, pengetahuan tentang belajar, dan
pengalaman peserta didik, kemudian membandingkannya dengan criteria yang telah
dirumuskan dalam membuat penilaian mengenai kinerja peserta didik berkenaan
dengan hasil belajaryang telah ditetapkan.
Evaluasi
memiliki kesamaan dengan asesmen, asesmen biasanya berkaitan dengan prestasi
belajar peserta didik. Dalam pemakaian yang lebih sempit, asesmen disamakan
dengan ujian, sedangkan dalam pemakaian yang lebih luas, asesmen disamakan
dengan evaluasi. Oleh karena itu evaluasi pendidikan biasanya meliputi asesmen
hasil belajar peserta didik. Evaluasi memiliki tujuan untuk mengetahui sikap
peserta didik, kesadaran karir, kepekaan budaya, praktek pembelajaran,
kurikulum, personel sekolah, dan sebagainya.
Beberapa
pratisi pendidikan ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara
bergantian, namun ada pula yang memandang berbeda, yakni isi evaluasi dipandang
lebih luas dibandingkan dengan asesmen karena evaluasi berkaitan dengan
pembuatan keputusan tentang nilai atau harga dari suatu objek. Asesmen
dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti
deskripsi tujuan, sementara evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran
terhadap suatu karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu objek.
Shepard (1994) membedakan antara istilah asesmen dengan tes, walaupun secara
teknis keduanya memiliki makna yang sama. Dia menyatakan tes sebagai kegiatan
pengukuran tradisional, pengukuran pra akademik dan perkembangan anak yang
tidak standar, dan menggunakan istilah asesemen yang mengacu pada proses
pengamatan dan penilaian anak yang sesuai dengan perkembangan anak.
Perbedaan
lain berkaitan dengan objek yang dikaji. Asesmen biasanya berkaitan dengan
peserta didik. Dalam pemakaian yan paling sempit, asesmen disamakan dengan
ujian. Dalam pemakaian yang paling luas, asesmen digunakan secara bergantian
dengan evaluasi. Evaluasi kegiatan pendidikan dapat menggunakan asesmen hasil
belajarpeserta didik namun dalam skala yang lebih luas. Evaluasi dapat mencakup
tujuan seperti sikap peserta didik, kesadaran karier peserta didik, kepekaan
cultural, praktik mengajar, dan sebagainya.
B.
Sejarah Asesmen
Kegiatan
asesmen muncul pertama kali di China pada tahun 206 sebelum masehi ketika
dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai
kerajaan. Pada tahun 822 setelah masehi dinasti Tang melaksanakan ujian tertulis
bagi calon pegawai kerajaan, ujian itu berlangsung selama beberapa hari dan
yang lulus mencapai 2%, calon pegawai yang berhasil kemudian diberikan asesmen
lisan oleh raja.
Di
Eropa, ujian yang digunakan selama abad pertengahan digunakan untuk membantu
seleksi calon pendeta dan kesatria, dan anak-anak sekolah di uji pengetahuan
tentang katekismus. Universitas Paris pertama kali memperkenalkan ujian forma
selama abad 12. Ujian itu adalah perselisihan tentang teologi. Pada tahun
1974an, Universitas Cambridge mulai menggunakan ujian lisan untuk membandingkan
peserta didik, sama dengan ujian yang diselenggarakan oleh dinasti Han di
China. Selama abad ke 18, Universitas Cambridgedan Oxford mulai menguji
kemampuan matematika kepada peserta didiknya dengan menggunakan ujian tertulis
kemudian menggunakan kertas untuk asesmen pada semua mata kuliah.
Amerika
Serikat memperkenalkan ujian tertulis pada pada tahun 1830an dalam upaya
mengurangi subjektivitas asesmen. Horace Mann memperkenalkan ujian tertulis di
Boston Public School untuk membandingkan kinerja sekolah. Walaupun demikian,
kontribusi utama Amerika Serikat dalam sejarah ujian itu dating selama perang
dunia pertama ketika Angkatan Bersenjata Amerika Serikat memperkenalkan tes IQ
berskala besar untuk mengangkat sejumlah besar calon prajurit yang akan
menduduki jabatan di Angkatan Bersenjata. The Army Alpha, sebagaimana yang
telah dikenal, merupakan pertanyaan pilihan ganda dan diterapkan pada dua juta
calon prajurit.
C.
Tujuan Asesmen
Asesmen
memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman, Aschbacher,
and Winters, 1992). Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk
menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan
keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar
peserta didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk
mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Tujuan
asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan jenis-jenis
asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen
formatif dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan
normatif dan acuan patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir
pembelajaran, dan digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas
peserta didik. Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas
pekerjaan peserta didik, dan tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan
kelas peserta didik. Dalam konteks belajar, asesmen sumatif dan formatif
disebut dengan asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen
diagnostic. Asesmen diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta
didik untuk mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Asesmen mandiri oleh peserta didik merupakan bentuk asesmen
diganostik yang melibatkan peserta didik mengakses dirinya sendiri.
b. Asesmen
objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif
merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan
yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara
mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis pertanyaan berbentuk
objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu pertanyaan
yang memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan
menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang
membutuhkan jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
c.
Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan,
biasanya menggunakan tes acuan patokan, merupakan asesmen yang digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik dengan
criteria, atau asesmen yang memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur
berdasarkan pada criteria atau standar absolute. Asesmen acuan patokan
seringkali digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik.
1) Prosedur
asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
·
Identifikasi hasil belajar yang
diharapkan.
·
Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan,
libatkan peserta didik dalam merumuskan kriteria
·
Rencanakan kegiatan belajar yang
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
·
Sebelum kegiatan belajar berlangsung,
komunikasikan kriteria tersebut dan pekerjaan yang akan diakses.
·
Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
·
Implementasikan kegiatan belajar.
·
Gunakan beberapa metode asesmen
berdasarkan tugas yang diberikan.
·
Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing
tingkat kinerja peserta didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan
kriteria
·
Apabila diperlukan, berikan tanda huruf
(misalnya A, B, C, D) yang menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik
dan orangtua
·
Laporkan hasil asesmen kepada peserta
didik dan orangtua
Asesmen
acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurva norml,
biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan kata lain yaitu asesmen yang distandarkan pada sekelompok individu yang
kinerjanya dinilai dalam hubungannya dengan kinerja individu lainnya. Asesmen
ini sangat efektif untuk membandingkan kemampuan peserta didik satu dengan
peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah biasanya emnggunakan
asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan proporsi jumlah
calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di universitas ,
dan bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang sesungguhnya.
d. Asesmen
formal dan informal
Asesmen
formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis, seperti tes tertulis.
Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking
berdasarkan pada kinerja peserta didik.
Asesmen
informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta didik.
Asesmen ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan
asesmen yang dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi
diri dan teman sebaya, dan diskusi.
D. Prinsip-prinsip Asesmen
Asesmen
yang baik harus berdasarkan pada landasan pendidikan. Landasan pendidikan ini
meliputi pengorganisasian sekolah dalam memenuhi kebutuhan belajar seluruh
peserta didik, memahami cara peserta didik belajar, menetapkan standar tinggi
pada kegiatan belajar peserta didik dan memberikan kesempatan bealajar peserta
didik yang memadai.
Ada
tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar. Berikut disajikan ketujuh
prinsip yang dimaksud :
a.
Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki
belajar peserta didik
Asesmen kelas maupun
berskala besar, diorganisir dengan tujuan untuk memperbaiki belajar peserta
didik. Asesmen ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat mengenai apa
yang telah dicapai oleh peserta didik terhadap tujuan belajar dan mengenai
kemampuan belajar masing-masing peserta didik. Asesmen menggunakan metode yang
konsisten dengan tujuan belajar, kurikulum, pembelajaran, dan pengetahuan
mutakhir tentang peserta didik.
b.
Asesmen bertujuan untuk mendukung
belajar peserta didik
Asesmen baik yang
digunakan untuk laporan kemajuan peserta
didik, sertifikasi peserta didik, dan informasi untuk perbaikan dan
akuntabilitas sekolah adalah dimaksudkan untuk mendukung belajar peserta didik.
Pendidik dan sekolah membuat keputusan, seperti kenaikan kelas, kelulusan
peserta didik adalah didasarkan pada informasi yang diperoleh secara terus
menerus, bukan data yang diperoleh dari asesmen akhir semester. Demikian pula
informasi yang digunakan untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah juga berasal
dari data pekerjaan dan asesmen peserta didik yang diperoleh secara terus
menerus.
Asesmen akuntabilitas
menggunakan prosedur pengambilan sampel pekerjaan peserta didik. Asesmen ini
mengembangkan standar teknis dan standar itu digunakan untuk memastikan agar
asesmen yang diterapkan memiliki kualitas tinggi, serta digunakan untuk
memantau konsekuensi pendidikan atas penggunaan asesmen tersebut.
c.
Objektif bagi semua peserta didik
Asesmen yang baik akan
memberikan keyakinan bahwa semua peserta didik akan memperoleh perlakuan yang
sama. Asesmen menggunakan berbagai metode dalam mengakses kemajuan peserta
didik serat cara-cara peserta didik mengungkapkan pengetahuan dan pemahamannya
terhadap mata pelajaran. Asesmen tidak akan melenceng dan mampu menggambarkan
pengetahuan dan keterampilan aktual peserta didik.
d.
Kolaborasi professional
Pendidik
yang memiliki sikap objektif adalah penting bagi persyaratan asesmen yang
berkualitas. Pendidik menentukan dan berperan serta dalam pengembangan
professional serta bekerjasama untuk memperbaiki system asesmen. Kemampan professional iu diperkuat melalui
sekelompok pendidik memberikan skor pekerjaan peserta didik. Sekolah,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat perlu
menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk pengembangan professional pendidik
dalam menerapkan asesmen pembelajaran.
e.
Partisipasi Komite Sekolah dalam
Pengembangan Asesmen
Pelaksanaan asesmen
perlu melibatkan orangtua, anggota masyarakat, peserta didik, bersama-sama
pendidik dan pakar yang memiliki keahlian tertentu, dalam pengembangan asesmen.
Diskusi tujuan dan metode asesmen perlu melibatkan orang-orang yang peduli dengan
pendidikan. Orangtua, peserta didik, anggota masyarakat memiliki latar belakang
berbagai keahlian, pendidik dan tenaga kependidikan perlu melibatkan diri dalam
membentuk sistem asesmen yang berkualitas.
f.
Keteraturan Dan
Kejelasan Komunikasi Mengenai Asesmen
Pendidik,
sekolah, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat
secara jelas dan teratur mendiskusikan praktik asesmen dan peserta didik serta
kemajuan program dengan peserta didik , keluarga , dan masyarakat. Penddik dan
sekolah mengkomunikasikan tujuan, metode, dan hasil asesmen. Pendidik dan
sekolah melaporkan apa yang diketahui dan yang mampu dilakukan oleh peserta
didik, apa yang perlu dipelajari oleh peserta didik, dana apa yang akan
dilakukan oleh peserta didik untuk perbaikan perilaku pesertadidik.
Laporan tentang
prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan pencapaian tujuan belajar juga
perlu dilaporkan. Contoh-contoh asesmen dan pekerjaan peserta didik perlu
diperlihatkan kepada orang tua dan masyarakat agar mereka mnegetahui kinerja
peserta didik. Hasil asesmen perlu dilaporkan bersama-sama dengan informasi
tertentu yang erkaitan dengan program pendidikan, ketersediaan sumberdaya, dan
prestasi sekolah lainnya.
g.
Peninjauan Kembali
Dan Perbaikan Asesmen
Asesmen perlu dikaji
kembali dan diperbaki untuk memastikan bahwa asesmen itu benar-benar memberikan
manfaat bagi peserta didik. Tindakan ini harus dilakukan secara
berkesinambungan. Meskipun asesmen itu telah dipandang memadai, namun perlu
diperbaiki mengingat kondisi selalu berubah dan pengetahuan yang terjadi di
masyarakat selalu meningkat.
Peninjauan
kembali merupakan dasar bagi pembuatan keputusan dalam mengubah sebagian atau
seluruh asesmen. Peninjauan kembali itu melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan ( Stakeholders) dalam system pendidikan. Analisis biaya manfaat
(cost- benefit analysis) juga perlu dilakukan untuk mengetahui efek asesmen
terhadap belajar.
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja)
Asesmen
yang diterapkan di sekolah umumnya menggunakan
test formal. Implementasi ujan seperti ini banyak menimbulkan pertanyaan
karena tidak mampu memberikan indikator terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta didik,
dan seringkali peserta didik membuat terkaan atas butir soal pilihan ganda,
sehingga peserta didik tidak belajar berpartisipasi di dunia nyata. Pendekatan
alternatif untuk menilai peserta didik dewasa ini lebih banyak melibatkan
peserta didik di dalamproses evaluasi yang dipandang mampu meningkatkan minat
dan motivasi belajar.
Test
standar umumnya digunakan untuk memungkinkan sekolah untuk membuat standar yang
jelas dan konsisten terhadap peserta didik. Test tersebut akhir-akhir ini
digunakan untuk berbagai tujuan di luar evaluasi kelas. Test tersebut digunakan untuk menempatkan
peserta didik di kelas tertentu, membimbing peserta didik untuk membuat
keputusan mengenai berbagai mata pelajaran, dan untuk akuntabilitas terhadap
keefektivan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berdasarkan kinerja peserta
didik.
Apabila
tuntutan hasil test peserta didik harus tinggi, pendidik cenderung mengajarkan
materi pembelajaran yang akan diujikan untuk memperbaiki kinerja peserta didik.
Apabila suatu ujian dimaksudkan untuk menilai ketramplan yang diiinginkan dan
untuk menggambarkan penguasaan materi pembelajaran, hal ini bukan menjadi
masalah. Namun demikian, test standar umumnya menggunakan bentuk pertanyaan
yang menggunakan jawaban pendek atau pilihan ganda karena memberikanpeluang
pengolahan hasil valuasi lebih efisien. Teknik evaluasi seperti ini biasanya
mengukur ketrampilan kognitif tingkat rendah, sementara itupeserta didik perlu
menggunakan ketrampilan yang lebih kompleks ketika mereka berada di luar kelas.
Untuk
mendorong peserta didik menggunakan keterampilan kognitif tngkat tinggi dan
mengevaluasi peserta didik secara lebih komprehensif, ada beberapa assesmen
alternatif yang dapat digunakan. Umumnya assesmen alternatif itu menggunakan
teknik evaluasi non standar untuk menilai proses berpikir kompleks. Asesmen
alternatif tersebut melput asesmen berbasis kinerja dan asesmen acuan patokan.
Asesmen
berbasis kinerja ( performance based assesment)merupkan bentuk ujian dimana
peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk atau
mendemonsrasikan ketrampilan atau menampilkan kemampuan atau pengetahuan. Dapat
juga dinyatakan bahwa assesmen berbasis kinerja merupakan assesmenyang
mengaharuskan peserta didik membuat respon terhadap suatu persoalan. Penerapan
asesman berbasis kinerja ini mempersyaratkan peserta didik secara aktif
menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan tingkat tinggi yang telah dimiliki dalam memmecahkan masalah yang
bersifat realistik atau autentik. Beberapa jenis assesmen kinerja itu adalah
tugas-tugas membuat proyek individual atau kelompok, contoh tulisan atau
karangan, memecahkan masalah terbuka, wawancara atau presentasi lisan,
eksperimen ilmiah, simulasi komputer, pertanyaan yang membutuhkan kontruksi
jawaban, dan portofolio . asesmen kinerja ini umumnya mendekati kehidupan
nyata, dimana peserta didik harus mengerjakan tugas dalam batas waktu tertentu.
Asesmen
autentik merupakan jenis asesmen kinerja. Nama autentik itu diperoleh dari
fokus teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur tugas-tugas kompleks,
relevan, dan di dalam duna nyata. Asesmen autentikdapat berbentuk karya ilmiah
dan memperbaiki karya tulis ilmiah, memberikan analisis tentang peristiwa-peristiwa secara tertulis
atau lisan, berkolaborasi dengan orang lain dalam melaksanakan perdebatan dan
melaksanakanpenelitian. Tugas-tugas tersebut mempersyaratkan peserta didik
mensintesis pengetahuan dan membuat jawaban dengan benar. Validitas asesmen
autentik didasarkan pada relevansi materi yang tersaji di dalam kurikulum
dengan keterterapannya di dalam dunia nyata. Asesmen autentik itu dapat memperoleh
reliabilitas tinggi apabila menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Asesmen
kinerja memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik, memperbaik
prestasi belajar peserta didik, meningkatkan standar akademik, dan meningkatkan
pengembangan kurikulum yang lebih terpadu. Untuk melaksanakan asesmen kinerja
itu, berikut tahap-tahap yang harus dilalui.
a.
Identifikasi hasil pembelajaran. Hasil
pembelajaran itu diperoleh dari tujuan pembelajaran. Pertanyaannya adalah
apakah yang ingin diketahui oleh peserta didik dan apa yang dapat mereka
kerjakan? Misalnya, dalam pelajaran IPS, pendidik menghendakiagar peserta didik
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip demokratis, seperti perlindungan
hak-hak sipil.
b.
Kembangkan tugas-tugas yang dapat
dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari tujuan pembelajaran. Setelah
mengidentifikasi hasil belajar, pertanyaaan berikutnya adalah apakah yang akan
dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari tujuanpembelajaran. Dalam hal
ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan pembelajaran
denganberbagai cara, misalnya, dengan cara membaca, berbicara, berdiskusi,
bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, atau pemecahan masalah.
c.
Identifikasi hasil belajar tambahan yang
didukung oleh tugas. Tugas yang kompleks adalah lebih dari sekedar
mendemonstrasikan dan menerapkan pengetahuan, misalnya hak-hak sipil sebagai
suatu prinsip-prinsip demokratis. Tugas seperti ini mempersyaratkan beberapa
tugas, termasuk di dalamnya ketrampilan dasar seperti membaca, memperoleh
informasi, menulis, dan ketrampilan berpikir kritis, mengevaluasi data dan
menarik kesimpulan. Karena tugas kinerja itu bersifat autentik, maka tugas itu
lebih banyak mendukung belajar dan lebih dari satu tujuan belajar.
d.
Rumusan kriteria dan tingkat kinerja
untuk mengevaluasi kinerja peserta didik. Dalam tahap ini, pertanyannya adalah
bagaimana pendidik mengetahui kualitas kegiatan peserta didik? Salah satu cara
untuk mengakses kinerja peserta didik adalah mengembangkan krteria yang dapat digunakan
untuk menilai dan mendeskrepsikan tingkat kinerja.
F. Asesmen
Portofolio
Asesmen
portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Portofolo
biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya pesertadidik.
Pada mulanya portofolio digunakan di bidang seni dan menulis, yang diawali
mulai dari penulisan draft, revisi, dan produk akhir untuk mengetahui kemajuan
peserta didik. Walaupun begitu, asesmen portofolio ini juga digunakan di bidang
lain seperti matematika dan IPA. Dengan
mencatat kemajuan peserta didik, asesmen portofolio digunakan untuk mencatat
keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan tugas.
Portofolio
yang dirancang dengan baik bersi karya peserta didik yang berkaitan dengan
tugas-tugas instruksional, dan mencerminkan pencapaian tujuan kurikulum.
Pendidik memiliki kesempatan untuk memahami
apa yang sedang dipelajari oleh peserta didk. Sebagai produk dari
kegiatan pembelajaran, portofolio menggambarkan ketrampilan berpikir kompleks
dan belajar kontekstual. Keputusan mengenai hal-hal apa yang dimaksudkan ke
dalam portofolio tergantung pada tujuan pembuatan portofolio. Pembuatan
portofolio dapat digunakan untuk merekam karya peserta didk, mengkomunikasikan
pekerjaannya, dan menghubungkan pekerjaan
peserta didik dengan konteks yang lebih luas. Portofolio dapat dimaksudkan
untuk memotivasi peserta didik, meningkatkan belajar melalui refleks dan
asesmen diri, dan digunakan untuk menilai proses menulis dan berpikir peserta
didik. Isi portofolio dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan peserta didik
tertentu atau bidang-bidang studi tertentu. Materi di dalam portofolio
hendaknya diorganisir dalam bentuk kronologis. Pengorganisasian ini dapat
memperlancar penetapan waktu pembuatan komponen-komponen dari suatu folder. Portofolio
juga dapat diorganisir berdasarkan pada bidang-bidang kurikulum atau kategori
perkembangan anak.
Portofolio
dapat dievaluasi dengan dua cara, tergantung pada penggunaan skor. Pertama,
yaitu evaluasi berbasis kriteria. Kemajuan peserta didik dibandingkan dengan
standar kinerja yang sesuai dengan kinerja peserta didik lainnya, atau
kurikulum. Tingkat prestasi dapat diukur dalam bentuk seperti dasar, terampil,
mahir atau dapat dievaluasi dengan berbagai tingkatan yang pada akhirnya
memberikan peluang untuk membuat perbedaan antar peserta didik. Tenik evaluasi
portofolio kedua adalah mengukur kemajuan peserta didik individual pada periode
waktu tertentu. Teknik ini digunakan asesmen perubahan pengetahuan atau
keterampilan peserta didik.
Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengakses portofolio. Metode
evaluasi portofolio dapat dioperasionalisasikan dengan menggunakan rubrik,
yaitu pedoman penskoran yang berisi rumusan semua dimensi yang diakses. Rubrik
itu dapat berbentuk holistik yang menghasilkan skor tunggal, atau dapat
berbentuk analitik yang menghasilkan beberapa skor yang memberi peluang
evaluasi pengetahuan dan keterampilan penting. Penentuan rangking yang bersifat
holistik, kadang-kadang menggunakan asesmen portofolio, didasarkan pada kesan
umum dari suatu kinerja. Dalam hal ini penilai memadukan kesannya dengan skala
nilai, umumnya terfokus pada aspek-aspek kinerja spesifik.
Apakah
penggunaan pendekatan holistik atau analitik, kriteria penskoran yang baik
yaitu mampu mengklarifikasi objektivitas dengan cara memberi informasi kepada
peserta didik, meningkatkan objektivitas dengan cara memberi informasi kepada
peserta didik tentang seberapa baik mereka itu akan diakses, dan membantu
pendidik membuat skor yang akurat dan tidak bias. Evaluasi portofolio juga
dapat memanfaatkan pendidik dan peserta didik serta evaluasi teman sebaya.
Beberapa pendidik dapat meminta peserta didiknya mengevaluasi pekerjaannya
sendiri sebagai bentuk refleksi dan memantau kemajuan belajarnya sendiri.
Ada
beberapa masalah berkenaan dengan asesmen portofolio. Salah satu masalahnya
adalah ketika asesmen ini digunakan dalam skala besar, karena portofolio
memerlukan banyak waktu dan biaya dalam melaksanakan evaluasi, terutama apabila
dibandingkan dengan jenis evaluasi lainnya. Pertanyaan lain yang muncul yaitu
apakah peserta didik akan menerima rangking atau skor yang diperoleh peserta
didik mungkin beberapa apabila pekerjaan peserta didik dikoreksi oleh pendidik
yang berbeda.
Ada
berbagai cara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan objektivitas dan
reliabilitas asesmen portofolio. Pertama, ketika menilai kinerja, penggunaan
rentang skor yang kecil, misalnya A, B, C, D, dan E, dapat menghasilkan skor
yang lebih reliabel jika dibandingkan dengan penggunaan rentang skor yang lebih
besar. Demikian pula, beberapa guru dapat menggunakan grading holistik dalam
mengevaluasi peserta didik. Apabila asesmen portofolio didasarkan pada kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, reliabilitasnya akan tinggi. Kedua,
peningkatan objektivitas asesmen portofolio dapat menggunakan beberapa
evaluator. Dengan menggunakan beberapa evaluator, penilaian portofolio dapat
membantu memastikan bahwa skor awal yang diberikan oleh evaluator akan
menggambarkan kompetensi pekerjaan peserta didik. Ketiga, untuk menguji
reliabilitas kor adalah menilai kembali portofolio selama periode waktu
tertentu, mungkin satu bulan, kemudian membandingkannya dengan skor portofolio
yang diberikan awal penskoran, untuk menegtahui konsistensi penskoran.
Masalah
lain adalah pengembangan dan pembuatan rangking pada tugas-tugas portofolio.
Untuk memcahkan masalah itu, tugas-tugas portofolio dapat didiskusikan oleh
beberapa pendidik yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda. Pendidik
tersebut dapat melacak kembali cara-cara peserta didik yang memiliki berbagai
latar belakang kebudayaan melaksanakan suatu pekerjaan dan mengakses kembali
untuk mengetahui konsistensi penskoran.
Dibandingkan
dengan tes formal (tes tertulis dan sejenisnya) asesmen portofolio memiliki berbagai
keuntungan, diantaranya :
a.
Dengan menunjukkan apa yang dikerjakan
peserta didik pada suatu portofolio, mereka dapat mendemonstrasikan
keterampilan dan kompetensinya kepada pendidik, sekolah, dan orang tuanya.
Portofolio ini memberikan informasi yang sangat penting di dalam menilai mutu
pendidikan dan mutu prestasi peserta didik.
b.
Karena terfokus pada hasil pembelajaran,
portofolio dapat diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran.
c.
Sasaran asesmen portofolio adalah
kemampuan peserta didik dalam berpikir kompleks, pemahaman mendalam dan
penerapan pengetahuan. Bukan sebaliknya pengetahuan dan keterampilan terbatas,
seperti mengingat fakta ataupun konsep.
d.
Karena portofolio menawarkan berbagai
cara kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dan
apa yang mereka dapat kerjakan, maka peserta didik terdorong menjadi pembelajar
reflektif yang bertanggung jaawab atas pertumbuhan dan perkembangannya sendiri.
e.
Portofolio memberikan kesempatan kepada
pendidik untuk memahami apa yang dipelajari oleh peserta didiknya, sehingga
para pendidik dapat merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik.
Walaupun
para pendidik dalam menggunakan asesmen portofolio itu memerlukan banyak waktu
dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan menskor portofolio, namun
penggunaannya memiliki konsekuensi positif terhadap belajar dan pembelajaran.
Demikian pula asesmen ini dapat meningkatkan keterampilan, prestasi, dan
motivasi peserta didik untuk belajar.
Dalam
menerapkan asesmen portofolio, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:
a.
Perencanaan dan pengorganisasian
1)
Kembangkan perencanaan portofolio yang
bersifat fleksibel. Apakah tujuan yang akan dicapai melalui portofolio itu ?
aspek-aspek apa saja yang diperlukan ? kapan dan bagaimana aspek-aspek itu
ditetapkan ? kriteria apakah yang akan diterapkan untuk refleksi dan evaluasi ?
2) Rencanakan
waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan aspek-aspek
portofolio. Asesmen portofolio memerlukan banyak waktu dan pemikiran
dibandingkan dengan koreksi ujian tertulis.
3) Mulai
dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin
meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik. Proses menulis
karangan, misalnya adalah sangat cocok untuk didokumentasikan melalui
portofolio.
4) Pilih
aspek-aspek yang dimaksudkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan
kemajuan peserta didik atau penugasan tujuan pembelajaran.
5) Pilih
setidak-tidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek
inti, dan sampel pekerjaan yang dipilih. Kumpulan indikator inti atau yang
dipersyaratkan itu hendaknya menunjukkan kemajuan peserta didik. Sampel pekerjaan
pilihan menunjukkan kekuatan dan minat individu peserta didik.
6) Tempatkan
daftar tujuan di depan masing-masing portofolio, bersamaan dengan daftar
indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan, agar
supaya pendidik dan peserta didik mudah mengetahui isinya.
b.
Implementasi
1)
Lekatkan perkembangan aspek-aspek
portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang berlangsung untuk menghemat
waktu, dan pastikan bahwa aspek-aspek portofolio itu merupakan cerminan dari
pekerjaan peserta didik, dan mampu meningkatkan keautentikan.
2)
Berikan tanggung jawab kepada peserta
didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai, dan menyimpan portofolionya
sendiri.
3)
Bagi aspek-aspek portofolio yang telah
dipilih, refleksi model dan asesmen diri akan membantu peserta didik menyadari
proses yang mereka lakukan, apa yang mereka pelajari dan telah mereka pelajari,
dan apa yang dapat mereka lakukan pada waktu yang berbeda.
4)
Catat komentar pendidik dan peserta
didik dengan segera terhadap portofolio tersebut, dan lekatkan komentar itu
pada aspek-aspek portofolio. Biarkan peserta didik membuat komentar atas
portofolionya sendiri.
5)
Selektif. Portofolio bukan sebagai
kumpulan sampel karya peserta didik yang sembarangan. Portofolio berisi
aspek-aspek dari karya peserta didik terpilih yang mampu meningkatkan belajar
peserta didik.
c.
Hasil
1) Analisis
aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Melalui analisis ini pendidik akan memahami kekuatan dan kebutuhan
peserta didik, proses berpikir, prakonsepsi, kesalahan konsepsi, pola-pola
kesalahan, dan perbandingan perkembangan.
2) Gunakan
informasi portofolio itu untuk mendokumentasikan kegiatan belajar peserta
didik, untuk disampaikan kepada orang tua, dan memperbaiki pembelajaran di
kelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asesmen
merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang
diketahui, dilakukan, dikerjakan oleh peserta didik. Asesmen biasanya berkaitan
dengan prestasi peserta didik. Dalam pemakaian paling sempit, asesmen disamakan
dengan ujian.
Asesmen
memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses. Tujuan asesmen
pembelajaran yaitu asesmen formatif dan sumatif, asesmen objektif dan
subjektif, asesmen acuan patokan dan acuan normatif serta asesmen formal dan
informal.
Prinsip-prinsip
asesmen yaitu Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik,
Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik, Objektif bagi semua
peserta didik, Kolaborasi profesional,
Partisipasi Komite Sekolah dalam Pengembangan Asesmen, Keteraturan dan
Kejelasan Komunikasi mengenai Asesmen, Peninjauan Kembali dan Perbaikan Asesmen.
Asesmen
ada dua macan, asesmen autentik (asesmen kinerja) dan asesmen portfolio.
Asesmen autentik memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik,
meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan standar akademik, dan meningkatkan
pengembangan kurikulum yang lebih terpadu, sedangkan asesmen portfolio merupakan
hasil evaluasi kerja.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, asesmen ini dianggap sangat penting, karena selain
dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga bisa menjadi penambah
semangat bagi peserta didik agar mencapai hasil yang maksimal.
B.
Saran
Kita
sebagai colon guru hendaknya mengerti dan benar-benar paham mengenai asesmen,
karena asesmen akan sangat bermanfaat saat kita bekerja nanti. Mengingat masa
depan yang akan kita hadapi tentu akan berbeda dengan masa yang sedang kita
jalani sekarang ini, maka dengan mengetahui asesmen ini, kita bisa mengevaluasi
cara kerja kita sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Rifa’i RC, Achmad. dan Catharina Tri
Anni. 2010. Psikologi Pendidikan.
Semarang : UNNES Press.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.