KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Laporan ini telah disusun
dalam rangka memenuhi tugas Pembelajaran Kelas Rangkap. Adapun isi dalam laporan ini adalah menjelaskan
tentang pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SDN Gunungsari Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang.
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah agar para pembaca lebih memahami tentang
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SDN
Gunungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang
terkait dengan proses pembelajaran, kendala yang dihadapi, dan kerja sama
sekolah dengan orang tua dan masyarakat .
Sejauh ini kami menyadari bahwa
laporan ini masih sarat dengan
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah
makalah ini kami susun. Jika dalam laporan ini terdapat hal yang kurang
berkenan dihati pembaca,kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga laporan
ini berguna bagi pembaca.
Semarang,
15 Juni 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekolah adalah tempat belajar dan
tempat siswa dalam mengasah serta mengoptimalkan kemampuan yang ada pada
dirinya. Sekolah bertugas membimbing siswa dan memberikan fasilitas yang
semaksimal mungkin dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
usianya. Sekolah harus memuat pendidikan yang layak karena pendidikan adalah
hak setiap warga negara. Hal tersebut dijamin dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun
2003 ayat 1 dijabarkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang punya pembelajaran yang layak. Pembelajaran yang layak adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang
harus terjadi di dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran
dapat berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen pembelajaran,
bagaimana pembelajaran bisa berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak
lengkap, apalagi para murid tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jumlah guru yang kurang, memungkinkan
guru yang ada mengajar lebih dari satu kelas yang bisa juga disebut dengan
pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk
pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas
yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah diterapkan atau tidak
serta bagaimana penerapan secara langsung pembelajaran kelas rangkap di
sekolah, penulis yang merupakan calon guru melakukan kegiatan observasi di SDN Gunungsari Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang yang diharapkan dapat meningkatan
kualitas tenaga pengajar agar menjadi pengajar profesional khususnya calon guru
sekolah dasar program S1 PGSD Universitas Negeri Semarang.
B. Rumusan
Masalah
1. Mengapa
pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN
Gunungsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang?
2. Faktor-faktor apa
saja yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan PKR?
3. Kendala
apa yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SDN Gunungsari Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang?
4. Bagaimanakah sarana
dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan pembelajaran kelas rangkap?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari laporan observasi ini adalah:
1. Menjelaskan mengapa pembelajaran
kelas rangkap diperlukan di SDN
Gunungsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadikan suatu sekolah
dapat menjalankan PKR
3.
Mengetahui
proses pembelajaran serta kendala apa yang dapat terjadi pada proses PKR
4.
Untuk mengetahui sarana dan prasarana kelas dalam mendukung
kegiatan pembelajaran kelas rangkap
D. Manfaat
Penulisan
Kegiatan observasi memberi manfaat bagi mahasiswa PGSD
sebagai bekal untuk mengajar di SD dan memberi pengalaman serta pengetahuan
tentang keadaan lingkungan sekolah dasar yang meemiliki beberapa keterbatasan
dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan
dan pengalaman yang pada akhirnya dapat menjadi tenaga profesional yang mampu
mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan.
E. Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan data pada observasi di SDN Gunungsari Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang dilakukan
dengan menggunakan teknik nontes yaitu observasi dan wawancara.
1. Observasi ( pengamatan )
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu
kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau
pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
dilakukan sesuai dengan
tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
b.
direncanakan secara
sistematis
c.
hasilnya dicatat dan
diolah sesuai tujuan
d.
perlu diperiksa
ketelitiannya
2.
Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang yang diminta informasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembelajaran Kelas
Rangkap
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan
model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau
tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru
saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal
utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada
siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk
mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah
satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR
juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau
lebih dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda
(IG.AK.Wardhani, 1998).
B. Alasan Diadakannya Kelas Rangkap
Beberapa
hala yang mendasari yang mejadi alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap (PKR)
diperlukan, yaitu sebagai berikut.
a. Alasan Geografis
Lokasi pembelajaran yang sulit
dijangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan pemukiman penduduk yang
jaraknya berjauhan. Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi
sebagai suatu keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain
Australia, Amerika Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara
kecil di Samudra Pasifik PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja.
b. Alasan Demografis
Mengajar siswa dengan jumlah yang
kecil, atau siswa yang tinggal di pemukiman yang jarang penduduknya, maka PKR
merupakan pendekatan yang tepat dan praktis. Pembelajaran kelas rangkap sering
dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah terpencil yang berpenduduk sedikit. Di
sekolah seperti ini biasanya hanya ada satu sampai dengan tiga orang guru untuk
melayani seluruh siswa kelas I sampai kelas VI.
Jumlah siswa di setiap sekolah juga
sedikit. Guru tersebut harus menggabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa
di sekolah, artinya dalam satu ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas.
Pola penggabungan umumnya adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas
4, dan kelas 5 dengan kelas 6.
c. Kekurangan Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan
bisa dikatakan cukup, namun pada kenyataannya masih ada keluhan kekurangan
guru, terutama di daerah-daerah terpencil.
d. Keterbatasan Ruang Kelas
Di daerah yang jumlah siswanya sangat
sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak. Tetapi, di daerah lain
meskipun sudah mempunyai ruang kelas sesuai dengan jumlah tingkatan kelas,
masih belum cukup karena jumlah rombongan belajar lebih besar.
e. Kehadiran guru
Ketidak hadiran guru bukan saja
dialami oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar pun juga mengalaminya.
Satu hal yang juga tidak dapat diabaikan adalah alasan ketidakhadiran salah
seorang guru karena berbagai alasan. Kondisi ini menuntut guru yang ada di
sekolah untuk melaksanakan kelas rangkap dengan menggunakan PKR. Keadaan ini
sangat memungkinkan terjadi baik di SD daerah pedesaan maupun daerah perkotaan.
C. Tujuan, Fungsi, Dan Manfaat PKR
Adapun
tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat
kita kaji dari aspek berikut :
1. Kuantiti
dan Ekutiti
Dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas
kuantiti(jumlah) dan ekutiti(pemerataan). Dengan jumlah guru yang kita miliki
saat ini, kita dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih
luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu kita
mampu memberikan layanan yang lebih merata.
2. Ekonomis
PKR
memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan.
Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran
dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas,
proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya
pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil.
Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan
pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, kecil, dan terpencil
sekalipun.
3. Paedagogis
Sudah
seringkali bahwa pendidikan kita dikritik sebagai system yang belum mampu menghasilkan
lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan kita dinilai kurang kreatif,
bahkan cenderung pasif dan mudah menyerah. Pengalaman sejumlah negara yang
mempraktikkan PKR menunjukkan bahwa, strategi ini mampu meningkatkan
kemandirian murid. Apabila Anda mempelajari lebih lanjut pembahasan unit-unit
dalam PKR, maka Anda akan menyimak bahwa seorang guru dalam PKR akan berusaha
agar murid aktif dan mandiri.
4. Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat
mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian
kekawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD
yang jauh dapat menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya
pengulangan kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan
pada saat murid pergi atau pulang sekolah.
D.
Prinsip
yang Mendasari PKR
PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut:
a. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru
menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu,
prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan
atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus bermakna,
artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum atau kebutuhan siswa dan dikelola dengan benar. Dengan demikian, jika
ada kegiatan yang dikerjakan siswa hanya untuk mengisi kekosongan saja , maka
bukan PKR yang diharapkan.
b. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR
berlangsung, siswa aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak
memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil
mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang
lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang,
maka makin rendah kadar WKA.
c. Kontak Psikologis guru dan siswa yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru
harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua siswa merasa mendapat
perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru
harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang
bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan siswa bahwa guru selalu berada bersama
mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan
instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan
instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi
kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan.
Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan
pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap
dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur
siswa.
d. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat
berupa peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua
jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang bekas, dan
segala peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian
dengan orang dan waktu. Siswa yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor.
Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar
tinggi.
e.
Membiasakan
siswa untuk mandiri
Apabila
guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan terbiasa
mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR
mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin
tinggi.
E.
Karakteristik
PKR yang ideal
Ada beberapa ciri PKR dikatakan sebagai suatu
pembelajaran yang ideal misalnya :
a. Kelas
tampak hidup, siswa tampak ceria.
b. Proses
belajar berlangsung serempak, apalagi siswa yang berbeda tingkat kelas ada
dalam satu ruang.
c. Guru
memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar.
d. Siswa
aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak.
e. Adanya
asas kooperatif-kompetitif, siswa bersemangat mengerjakan tugas.
f. Belajar
sambil bermain.
g. Ada
berhatian khusus bagi siswa yang lambat dan yang cepat.
h. Guru
menggunakan berbagai seumber belajar.
i. Prinsip
perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau
lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan.
j. Guru
dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan siswa.
Untuk dapat menciptakan dan
memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan
keterlibatan siswa, perlu pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola
kelas mencakup kemampuan guru untuk:
·
Menciptakan dan memelihara situasi kelas
yang optimal
Situasi
kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong
siswa melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh siswa untuk
melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut
guru sebaiknya terampil dalam:
1) Menanggapi
dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar
mengajar.
2) Memeratakan
perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal. Bicara dengan
jelas sehingga semua siswa mendengar, arahkan pandangan ke semua siswa.
3) Memberikan
penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa-siswa memahami tugas dan
peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajarmengajar.
4) Memberi
teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang
dari siswa.
5) Memberikan
penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan
keperluan dan situasi secara wajar.
·
Mengendalikan kondisi belajar yang
optimal
Bila ada siswa
yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus
dikendalikan. Hakekat belajar adalah perubahan, maka bila Anda melihat adanya
perilaku menyimpang harus segera Anda ubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah
perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengajarkan
dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2) Menguatkan
perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3) Memberi
hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
F.
Peran Guru dalam PKR
a. Sebagai perancang kurikulum
Hal
ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk
membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba
kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin dilaksanakan
dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutanpun mengalami
kesulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum
yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep
dan fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional
yang ingin dicapainya berdasarkan kelas.
b.
Sebagai
sumber informasi yang kreatif
Guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber
informasi tatapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan keadaan
yang serba kurang. Ia harus memberi arahan kepada muridnya agar mereka tidak
membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala macam
kegiatan.
c.
Sebagai
Administrator
Agar dapat
mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya
dan jadwal pelajaran dengan seksama. Hasil maksimal dapat dicapai jika guru PKR
dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga
dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal.
d.
Sebagai
seorang professional.
Guru PKR
senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan gaya
mengajarnya. Walapun kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan
lanjutan bagi sebagian guru yang ada di daerah terpencil sulit diwujutkan,
tetapi niat profesional harus tetap dipelihara dan yang penting semangat itu
selalu ada. Salah satu cirri seorang guru professional adalah juga tidak cepat
putus asa.
e.
Sebagai agen
pembawa perubahan
Guru
sebagai pengayom dan juga sebagai sosok yang mewakili misi moral dan nilai dari
masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras untuk
mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku anggota
masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat setempat.
G.
Model
Pembelajaran Kelas Rangkap
Beberapa model yang sering digunakan dalam PKR
adalah sebagai berikut :
a.
Model PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata
pelajaran, Satu Ruangan.
b. Model
PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan.
c. Model
PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Tempat
Observasi
Observator melakukan kegiatan observasi di SD Negeri
Gunungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Identitas Sekolah
Nama
Sekolah : SD Negeri Gunungsari, Windusari Magelang
Alamat : Gunungsari , Windusari Kabupaten Magelang
Telepon : (0293) 361945
Didirikan : tahun 1990
Status
Tanah dan Bangunan : -
Luas
Tanah : ± 700 m2
Kode
Pos :
56152
B.
Waktu
Observasi
Kegiatan observasi di SD Negeri Gunungsari,
Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 01
Juni 2013, mulai pukul 08.00 s.d. selesai.
C.
Objek
Observasi
Obsevator mengobservasi dengan
objek dua orang, yaitu kepala sekolah SD Negeri Bendungan dan salah satu guru
SD Negeri Gunungsari. Berikut ini merupakan identitas:
Indentitas:
Nama : Titik Mudarsih, S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah SD Negeri
Gunungsari Magelang
NIP : 195806051978032017
Nama :
Slamet Budoyo, S.Pd
Jabatan :
Guru Kelas SD Negeri Gunungsari Magelang
NIP : 196101101984031007
D.
Aspek
yang di observasi
1.
Alasan pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap
2.
Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran.
3.
Upaya yang sudah dilakukan untuk
menangani kendala-kendala yang dihadapi.
E.
Hasil
Observasi
SDN Gunungsari berlokasi di Kecamatan
Windusari, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Terdapat 6 ruangan di SDN
Gunungsari yang
digunakan. Kelas yang diampu 6 kelas dengan 5 orang guru dan 1 orang kepala
sekolah. Rata-rata siswa dari masing-masing kelas
kurang dari 15 orang.
4
orang guru serta kepala sekolah sudah tercatat sebagai PNS, hanya satu guru tercatat sebagai guru
tidak tetap (GTT). Di
SDN Gunungsari
membuat RPP sendiri yang mengacu pada BSNP. Pembuatan RPP dilakukan tiap hari
Sabtu, tiap hari atau tiap bulan disesuaikan dengan kemampuan guru.
Kepala Sekolah SDN Gunungsari
ialah Ibu Titik
Mudarsih, S.Pd. Menurutnya, di SDN Gunungsari belum ada dan belum pernah
melaksanakan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Selain itu juga belum pernah ada
sosialisasi mengenai Pembelajaran Kelas Rangkap. Mengingat guru yang ada di SDN Gunungsari berjumlah enam orang saja, maka jika
ada guru cuti, maka guru yang hadir harus merangkap. Adanya guru yang cuti
hamil memang sudah direncanakan lebih dahulu agar pada proses pembelajaran
tidak terjadi kekacauan.
Untuk mendukung proses
pembelajaran, guru menggunakan alat
peraga. Karena keterbatasan, guru hanya dapat menggunakan alat peraga yang
berupa gambar-gambar saja. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
tanya jawab, ceramah, observasi, klasikal, cerita, dan bermain. Sumber belajar
yang digunakan SDN
Gunungsari berasal
dari buku materi pelajaran dan lingkungan alam sekitar (seperti sawah, kebun).
Model pembelajaran yang dilakukan berupa Jigsaw, kelompok, dan membuat skema.
Tujuan pembelajaran yang diharapkan
adalah anak mampu menguasai seluruh standar kompetensi. Akan tetapi pada
kenyataannya kurang dari 80% dari tujuan pembelajaran masih belum tercapai dan
masih perlu dilakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang sudah dilaksanakan berupa
tes lisan, tertulis, dan penugasan.
F.
Analisis
Data
Pembelajaran Kelas Rangkap
merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari
dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh
satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat
menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan
pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara
dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program
yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu
bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang
kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat
kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga
mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih
dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda
(IG.AK.Wardhani, 1998).
Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat enam kelas
yang diampu oleh 5 orang guru dan 1 orang kepala sekolah. Oleh karena itu,
tugas kepala sekolah yang seharusnya bertugas sebagai pemimpin sekolah juga
merangkap sebagai pengajar dan guru kelas. Beliau mengampu kelas 6. Mengingat
jumlah siswa yang sedikit tiap kelasnya serta guru yang ada di SDN Gunungsari berjumlah enam orang saja, maka jika
ada guru cuti, maka guru yang hadir harus merangkap. Beberapa hal tersebut
seharusnya dapat dijadikan alasan bagi SDN Gunungsari untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap
karena hanya terdapat lima orang guru dan satu orang kepala sekolah.
Perangkapan kelas juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik.
SDN Gunungsari terkadang melakukan perangkapan kelas ketika
terdapat guru yang tidak hadir untuk waktu yang cukup lama. Bagi guru yang akan
cuti, maka harus membuat RPP terlebih dahulu untuk guru yang akan merangkap
kelas yang akan ditinggal cuti. Sehingga guru yang akan merangkap kelas tinggal
menjalankan RPP yang telah direncanakan. Jadi meskipun guru mengajar dua kelas
yang dirangkap, RPP yang dibuat tetap dipisah.
Perangkapan kelas ini terkadang juga menimbulkan
masalah bagi guru dan orang tua peserta didik. Bagi guru, memfokuskan
konsentrasi pada materi yang sedang diajarkan untuk siswa dengan tingkatan
kelas yang berbeda sulit untuk dilakukan. Apalagi untuk kelas rendah yang
menggunakan pembelajaran tematik, guru harus memutar otak untuk menggunakan
strategi yang tepat bagi siswanya. Di SDN Gunungsari , hanya terdapat tiga
ruangan untuk menampung enam kelas. Jadi, untuk satu ruangan berisi dua tingkat
kelas yang berbeda. Untuk kelas I dan II meskipun berada dalam satu ruangan
yang sama dan tidak terdapat penyekat ruangan, namun dalam kegiatan belajarnya
menggunakan model dan metode yang berbeda. Misalnya untuk kelas II guru dapat
menggunakan metode diskusi, sedangkan untuk kelas I menggunakan metode ceramah.
Dengan begitu peserta didik dapat nyaman dalam pembelajaran dan tidak terganggu
dengan kelas lain.
Perangkapan kelas pun juga menimbulkan kekhawatiran
bagi orang tua peserta didik. Mereka berpikir bahwa dengan perangkapan kelas
ini fokus guru menjadi terpecah dan dapat mengabaikan beberapa siswa. Sudah
menjadi kewajiban bagi guru untuk mengayomi orang tua peserta didik untuk
menjelaskan sistem pembelajaran rangkap kelas. Pembelajaran rangkap kelas ini
dilakukan juga dikarenakan faktor kekurangan guru dan kurangnya ruang kelas
yang tersedia.
Jadi, dalam hal ini pemerintah juga harus berperan
dalam peningkatan kualitas pembelajaran bukan hanya di daerah kota saja tetapi
juga hingga daerah terpencil seperti SDN Gunungsari . Dengan keterbatasan,
mereka harus dapat memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi masyarakat
sekitar. Pembelajaran Kelas Rangkap seharusnya disosialisasikan pada setiap
sekolah terutama sekolah yang memiliki keterbatasan.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran
Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan
usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru
atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan
individual para siswa. Dalam menerapakannya guru harus menggunakan beberapa
model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran
kelas rangkap yang dilaksanakan di SDN Gunungsari belum berlangsung dengan baik
serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
Pembelajaran kelas rangkap di sekolah tersebut juga belum memenuhi
karakteristik PKR yang ideal. Ketika ada guru yang tidak hadir yang merupakan
alasan melaksanakan PKR, ternyata ada guru yang menggantikan. Guru tersebut
hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan pembelajaran. Siswa juga
kurang aktif dalam pembelajaran.
Melihat jumlah siswa yang
sedikit SDN Gunungsari berpotensi untuk
dilaksanakan PKR yaitu berdasarkan alasan Alasan Demografis, Mengajar siswa dengan jumlah yang kecil, atau
siswa yang tinggal di pemukiman yang jarang penduduknya, maka PKR merupakan
pendekatan yang tepat dan praktis sehingga PKR dapat memungkinkan pemerintah
dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan.
Dengan seorang guru atau
beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan
satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat
berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana
pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke
daerah yang sulit, kecil, dan terpencil sekalipun.
B. Saran
Sekolah yang
memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam sekolah tersebut dapat
menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal sebagai penunjang dan
pengoptimalan kemampuan siswa dengan segala keterbatasan yang ada.
LAMPIRAN
suasana
ruang kelas saat akan berolah raga
suasana
ruang kelas saat kosong
halaman
sekolah