Teori – Teori Pembelajaran
A.
Pembelajaran menurut Aliran Behavioristik
Pembelajaran menurut aliran
behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku si
belajar, karena itu juga disebut pembelajaran perilaku. Pembelajaran yang
kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku.
1.
Perlu
diberikan penguatan (reinforcement) untuk meningkatkan motivasi kegiatan
belajar.
2.
Pemberian
penguatan itu dapat berupa penguat sosial (senyuman, pujian), penguat aktivitas
(pemberian mainan) dan penguat simbolik (uang, nilai).
3.
Hukuman
(punisment) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran. Tetapi perlu hati- hati,
hukuman dapat dipikirkan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak- anak
melakukan kenakalan, kemalasan, dan sebagainya. Hanya dalam pelaksanaannya
pendidik tidak boleh sambil marah atau karena dendam.
4.
Kesengsaraan
konsekuensi (immediacy). Salah satu prinsip dalam teori perilaku belajar yang
segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh dari perilaku yang disertai
konsekuensi yang lambat, maka hendaknya dalam pembelajaran terutama anak SD/SMP
hendaknya pendidik segera memberikan pujian atau teguran setelah anak berhasil
atau tidak berhasil melakukan kegiatan belajar.
5.
Pembentukan
(shaping). Dalam upaya mencapai tujuan, pendidik di samping memberikan
pengajaran juga memberikan penguatan agar tujuan tercapai. Misalnya dalam
pembelajaran ketrampilan, pendidik mendemostrasikan cara/ teknik melakukan
ketrampilan tertentu dan diikuti para peserta didik berlatih. Pada saat peserta
didik melakukan latihan, pendidik memberikan penguatan sehingga akhirnya
ketrampilan yang diharapkan bisa terwujud. Pendidik tersebut dikatakan telah
melakukan pembentukan.
Secara umum penerapan prinsip
belajar perilaku, tampak dalam langkah- langkah pembelajaran berikut :
1.
Menentukan
tujuan instruksional
2.
Menganalisis
lingkungan kelas termasuk identifikasi entry behavior peserta didik
3.
Menentukan
materi pelajaran
4.
Memecahkan
materi pelajaran menjadi bagian kecil- kecil
5.
Menyajikan
materi pelajaran
6.
Memberikan
stimulus yang mungkin berupa, pertanyaan, latihan, tugas- tugas.
7.
Mengamati
dan mengkaji respon peserta didik
8.
Memberikan
penguatan (mungkin positif atau negatif)
9.
Memberikan
stimulus baru
B.
Pembelajaran menurut Aliran Kognitif
Tiga tokoh penting dalam
pengembangan pembelajaran menurut aliran kognitif adalah Piaget, Bruner, dan
Ausubel.
1.
Jean
Piaget
a.
Belajar
aktif. Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan, karena
pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan
kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan anak belajar sendiri.
b.
Belajar
lewat interaksi sosial. Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang
memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya
bahwa belajar bersama akan membantu perkembangan kognitif mereka. Tanpa
interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris.
c.
Belajar
lewat pengalaman sendiri. Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila
didasarkan pada pengalaman nyata daripada bahasa yang dugunakan berkomunikasi.
Pembelajaran di sekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman-
pengalaman nyata daripada dengan pemberitahuan- pemberitahuan, atau pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya harus persis seperti yang di maui pendidik. Oleh
karena itu Piaget sependapat dengan prinsip pendidikan dari konkrit ke abstrak
dari khusus ke umum.
2.
Brunner
a.
Pengalaman-
pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Pembelajaran dari segi peserta
didik adalah membantu peserta didik dalam hal mencari alternatif pemecahan
masalah. Dalam mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara
pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Untuk
itulah, diperlukan arahan pendidik agar apa yang telah dilakukan peserta didik
tidak banyak kesalahan.
b.
Penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal. Pembelajaran hendaknya dapat memberikan
struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak- anak
-
Penyajian
dilakukan dengan cara enaktif, ikonik, dan simbolik.
-
Cara
penyajian ikonik didasakan atas pikiran internal.
-
Cara
penyajian simbolik
-
Ekonomis
-
Kekuatan
c.
Perincian
urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta didik
dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan
sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah, dan
mentransfer apa yang telah dipelajari.
d.
Cara
pemberian penguatan. Dalam teori Brunner, ia mengemukakan bentuk hadiah atau
pujian dan hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar
mengajar. Jadi, tujuan pembelajaran adalah menjadikan peserta didik merasa
puas.
3.
David
Ausubel
a.
Kerangka
cantolan (advance organizer). Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan
pendidik dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih
tinggi maknanya. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok
bahasan sebaiknya kerangkan cantolan itu digunakan, sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna.
b.
Diferensiasi
progresif. Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan elaborasi
konsep- konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan
dahulu kemudian baru yang lebih mendetil, berarti proses pembelajaran dari umum
ke khusus.
c.
Belajar
superordinat. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi. Proses belajar tersebut akan terus
berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal- hal baru.
d.
Penyesuaian
integratif. Pada suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan
pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif tersebut, Ausubel
menyampaikan materi pelajaran disusun menggunakan hierarki konseptual ke atas
dan ke bawah selama informasi disajikan.
C.
Pembelajaran menurut Aliran Humanistik
Pembelajaran humanistik
sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pandangan filsafat pendidikan humanisme.
Filsafat pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan
tanggung jawab. Prinsip yang nampak dalam kegiatan pembelajaran adalah
pembelajaran humanistik cenderung mendorong anak untuk berpikir induktif,
karena mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan aktif dalam proses
belajar.
1.
Fungsi
Pendidik
a.
Menciptakan
iklim belajar. Lingkungan belajar dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta
didik. Di dalam aktivitas belajar kelompok, lingkungan fisik kelas memerlukan
kondisi yang menyenangkan. Aspek lain yang perlu diperhatikan di dalam
menciptakan lingkungan belajar adalah bahwa aktivitas belajar yang efektif
memerlukan adanya kekayaan sumber daya dan kemudahan di dalam memperoleh sumber
daya tersebut, baik sumber daya manusia maupun bukan manusia. Ada faktor utama
yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
kegiatan belajar peserta didik yaitu persiapan sarana dan kegiatan belajar,
pengaturan fisik, acara pembukaan kegiatan belajar, dan membangun suasana
kebersamaan.
b.
Persiapan
sarana dan kegiatan belajar. Pemberitahuan kegiatan belajar yang disampaikan
kepada peserta didik akan memberikan dampak positif terhadap iklim belajar
apabila tampilan pemberitahuan tersebut mampu memberikan semangat dan cita rasa
serta harapan kepada peserta didik. Dalam kegiatan awal pembelajaran, peserta
didik perlu dilibatkan di dalam berbagai kegiatan.
c.
Pengaturan
lingkungan. Sebelum kegiatan belajar dimulai, lingkungan fisik hendaknya ditata
sehingga tampak menyenangkan. Penempatan yang baik ini dimaksudkan untuk
mempermudah dan mempercepat peserta didik dalam mengakses sumber- sumber
belajar. Kekayaan dan kemudahan serta kecepatan memperoleh sumber belajar itu
akan memiliki dampak positif terhadap semangat belajar peserta didik.
d.
Pembukaan
pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam
menciptakan iklim belajar yang kondusif. Penampilan dan sikap pendidik dapat
ikut berperan di dalam menciptakan iklim belajar.
e.
Membangun
suasana kebersamaan. Membangun kebersamaan peserta didik di dalam kelompok
adalah gampang- gampang susah, lebih- lebih pada awal kegiatan pembelajaran.
Apabila pendidk mampu memfasilitasi peserta didik untuk membangun kebersamaan
dengann prakarsa diri, berarti dia telah memperoleh keberhasilan awal di dalam melaksanakan
pembelajaran.
f.
Memenuhi
kebutuhan belajar. Kebutuhan merupakan suatu kondisi antara apa yang senyatanya
dengan apa yang seharusnya, atau apa yang senyatanya dengan apa yang diinginkan.
Kebutuhan berfubgsi sebagai kunci perilaku sehingga menciptakan keadaan yang
tidak seimbang pada diri individu. Dalam konteks pendidikan, kebutuhan dapat
bersifat nyata yang diungkapkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan.
g.
Membantu
mengungkapkan emosi. Di dalam kegiatan belajar humanistik, fasilitator
hendaknya membantu peserta didik mengungkapkan emosinya. Pendidik yang
melaksanakan pendekatan humanistik akan selalu terlibat dalam di dalam kegiatan
kehidupan emosional peserta didik. Pendidik yang mampu memahami kondisi sosio
emosional peserta didik akan berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.
h.
Membantu
belajar. Menjadi pendidik humanistik adalah tidak semudah dan seenak yang
dilihat, akan tetapi tidak sesukar yang dirasakan. Untuk menjadi pendidik
humanistik, seseorang harus mampu dan mau mendengarkan, mengelola gagasan,
mengemas sumbang saran yang mengarah pada pencapaian tujuan yang telah menjadi
kebutuhan belajar peserta didik. Kemampuan berkomunikasi yang menbuat peserta
didik merasa nyaman adalah menjadi kunci utama efektifitas pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran, selain kepekaan di dalam menangkap situasi peserta didik.
2.
Bentuk
Pembelajaran
Berkaitan dengan belajar
swa- arah, peserta didik dituntut untuk selalu motivasi diri. Untuk mencapai ke
arah itu kegiatan belajar hendaknya mendorong peserta didik untuk belajar cara-
cara belajar dan menilai belajarnya sendiri. Program pembelajaran yang
diterapkan dalam pendekatan humanistik umumnya menggunakan kegiatan terbuka
dimana peserta didik harus menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah,
dan membuat produksendiri. Dalam pendidikan humanistik, peserta didik tidak
memiliki tempat duduk yang tetap seperti halnya dalam pendidikan konvensional.
Peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan berbagai cara, seperti belajar
mandiri atau kelompok sebagaimana yang mereka pilih sendiri.